Viewers

"The mind is like an iceberg, it floats with one-seventh of its bulk above water." ~ Sigmund Freud

Jumat, 01 Januari 2016

No Title

Kuliah kini lebih mirip semacam ritual: datang, duduk, diam, dengarkan,  dan absen. Pengajar lebih seperti tokoh suci yang kebenarannya tidak perlu diragukan lagi. Budaya kritis telah hilang dari diri mahasiswa. Yang berani kritis dianggap ikut aliran kiri.

Iklim kampus membuat mahasiwanya terlena dan lupa bahwa di luar sana masih banyak rakyat miskin, sumber daya alam dikuasai oleh pihak asing, masih banyak persoalan yang harus dibereskan. Kampus dibuat senyaman mungkin agar mahasiswa lupa akan realita. Kampus dibersihkan dari pedagang kaki lima, dimana-mana ada larangan pengemis dilarang masuk. Sadarlah wahai para mahasiswa, negeri ini tidak sedang baik-baik saja!

Hampir bisa dipastikan yang ada dalam benak setiap mahasiswa saat ini adalah nilai bagus, lulus cepat, dan segera dapat kerja. Untuk apa sarjana hukum sebanyak ini jika hukum masih diperjual belikan? Untuk apa sarjana pertambangan jika Sumber Daya Alam kita masih dikuasai asing sementara kita hanya menjadi budak - budak kapitalis? Untuk apa sarjana ekonomi jika yang kaya semakin kaya dan yang miskin hanya diberi sumbangan? Bukannya dibantu untuk bebas dari kemiskinan. Untuk apa sarjana pendidikan jika sistem pendidikan kita hanya menanam ketaatan dan bukan keberanian?

Banyak upaya mematikan pergerakan mahasiswa. Mahasiswa yang berani turun ke jalan dianggap sebagai tukang onar. Banyak juga yg berkata, "Belajarlah saja yg baik, lulus cepat agar nanti bisa merubah keadaan melalui pekerjaanmu.” Kebohongan macam apa ini? Bagaimana kalian mau merubah keadaan kalau saat kuliah saja kalian hanya sibuk dengan akademik kalian? Bagaimana kalian tau dg persoalan yg terjadi diluar sana? Dan apa kalian yakin tidak akan terbawa arus nantinya apabila telah bekerja? Gerakan itu harusnya dimulai dari sekarang! Sadarlah mahasiswa! Hidup Mahasiswa! Hidup rakyat Indonesia!

Ditulis oleh Reyhan Respati

2 komentar:

  1. Kuliah di psikologi unair seperti itu? Adakah aturan tertulis di sana bahwa mahasiswa tak boleh mengkritisi atau hanya sekedar bertanya? Saya kok mikirnya tdk mungkin ya. Terlepas dari itu, kritis di kelas dan di luar menurut saya perlu dibedakan. Di kelas, kritis hanya dalam level kognitif dan sifatnya konseptual. Karena yg diajarkan di kelas itu pasti berlandaskan teori. Mahasiswa boleh tanya, mengkritisi teori boleh tapi ya jalannya lewat penelitian. Jadi arahnya kalo di kelas ya diskusi. Aturannya begitu di kelas. Pilihannya ada pada mahasiswanya..
    Kemudian pada kalimat terakhir paragraf pertama, anda menuliskan yg kritis dianggap ikut aliran kiri, tolong berikan contohnya! Kritis yg seperti apa itu?
    Selanjutnya saya ingin mengkritisi pemikiran anda terkait pernyataan mengenai iklim kampus membuat mahasiswa terlena dan lupa akan dunia luar. Seperti inilah mental mahasiswa sekarang, lebih sering menyalahkan sistem daripada bergerak. Apakah sistem membatasi kalian untuk melihat dunia luar? Tidak. Mahasiswanya yg malas melihat keluar. Banyak cara yg bisa dilakukan untuk bergerak.
    Kritik lain.. Cobalah lebih obyektif, berimbang.. Pernyataan2 dalam artikel ini banyak yg bersifat asumtif dan spekulatif. Kalian mahasiswa, cobalah untuk melihat dari berbagai sisi. Jangan seperti memakai kacamata kuda, berteriak-teriak demi kepentingan kalian namun menutup mata dan telinga bagi kepentingan lain yg mungkin lebih penting. Silahkan bergerak, itu hak kalian. Namun jangan sampai hak kalian mengganggu dan menghalangi orang lain mendapatkan haknya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima Kasih atas saran baiknya. Kebetulan ini semacam tulisan orasi dan bukan karya ilmiah. Mungkin bisa dipertimbangkan untuk tulisan-tulisan kedepannya. Terima kasih sekali lagi.

      Hapus

Terima kasih, kami akan segera memberi tanggapan pada komentar anda.