Menurut Ki Hajar Dewantara, Pendidikan adalah menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya, baik sebagai manusia maupun anggota masyarakat.
Sedangkan pengajaran merupakan
salah satu bagian dari pendidikan. Pengajaran
adalah pendidikan dengan cara memberi ilmu atau berfaedah buat hidup anak-anak,
baik lahir maupun batin. Dengan demikian, konsep pendidikan yang begitu luas
tidak hanya melibatkan peran sekolah melainkan juga peran keluarga sebagai
sumber belajar anak sejak usia dini dan peran lingkungan sosial masyarakat.
Lalu, bagaimanakah peran
keluarga khususnya orang tua dalam mendukung tercapainya proses pendidikan yang
optimal pada anak hingga Ia siap menjadi manusia dewasa yang seutuhnya?
1. Menjalin interaksi dan
komunikasi yang terbuka dengan anak dimulai sejak dini.
Seringkali orang tua
was-was ketika anak memasuki fase remaja sehingga menerapkan kontrol yang lebih
ketat, terlalu membatasi dan
melarang beberapa aktifitas anak. Padahal semakin dibatasi dan dilarang justru
berpotensi meningkatkan rasa ingin tahu dan anak dapat memenuhi rasa ingin
tahunya diluar rumah. Oleh karena itu menjalin interaksi yang dekat dan terbuka
dengan anak sebaiknya dimulai sejak usia dini sehingga ketika memasuki fase
remaja, anak dapat tetap dipantau dan berada dalam perlindungan orang tua.
2. Memahami bahwa pada
tiap fase tumbuh kembang anak, mulai dari masa kanak-kanak awal, kanak-kanak,
kanak-kanak akhir, remaja hingga dewasa awal akan membutuhkan penyesuaian diri
orang tua.
Seringkali kita melihat
fakta dilapangan, orang tua yang menjalin interaksi dan komunikasi dengan anak
tak ubahnya dengan orang dewasa. Padahal kondisi psikologis anak memang belum
sepenuhnya matang. Sehingga ketika anak melakukan kesalahan, orang tua
cenderung memberikan reaksi berupa agresi verbal hingga fisik. Oleh karena itu,
orang tua sebetulnya memiliki tanggung jawab untuk memelihara, melindungi dan
memandu kehidupan anak secara berkelanjutan, sehingga dibutuhkan penyesuaian
diri dari orang tua agar dapat memfasilitasi anak untuk mencapai perubahan yang
positif disepanjang hidupnya.
3. Bagi orang tua yang
bekerja pastikan anak memiliki figur pengganti yang tepat
Pada konteks kekinian
dimana banyak kedua orang tua bekerja atau menjadi dual- earner families, sebaiknya orang tua memastikan
anak memiliki figur pengganti orang tua yang dapat membantunya untuk tetap
dapat melangsungkan peran dan tanggungjawabnya pada anak, misalkan dengan
meminta bantuan pada keluarga terdekat untuk ikut serta mengasuh anak, seperti
halnya nenek atau saudara lainnya yang dapat dipercaya. Dalam hal ini sebaiknya
orang tua menjaga komitmennya dalam melaksanakan pengasuhan yang tepat untuk
anak.
4. Menerapkan pola
pengasuhan yang demokratis
Ditengah perkembangan
zaman dan kecanggihan teknologi, sebaiknya cara orang tua memberi pengasuhan
pada anak perlu mendapat sorotan. Menurut Malcol Hardy dan Steve Heyes (1988)
ada empat macam pola pengasuhan orang tua yaitu : demokratis, otoriter,
permisif, dan laizzes faire (penelantar). Keempat pola pengasuhan ini memiliki
ciri khasnya sendiri dan tentunya memiliki dampak baik positif maupun negatif
terhadap anak. Namun dari keempat pola pengasuhan tersebut, pola asuh
demokratis dirasa cukup tepat unuk membantu perkembangan dan pembelajaran anak
di era kekinian. Orang tua dengan
pola asuh demokratis cenderung tidak tertutup dengan adanya perubahan zaman
namun tetap bisa melakukan pengawasan terhadap anak-anaknya. Sehingga anak
merasa tidak dibatasi namun masih mendapat pengarahan dari orang tua.
Kajian Pustaka
Hardy Malcolm &
Heyes, Steve. 1988. Pengantar
Psikologi (Edisi Kedua). Penerbit Erlangga, Jakarta
Ditulis oleh Esti
Rizkyati W. dan Ghea Rizki
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih, kami akan segera memberi tanggapan pada komentar anda.