Viewers

"The mind is like an iceberg, it floats with one-seventh of its bulk above water." ~ Sigmund Freud

Kamis, 07 Januari 2016

Belajar dari Polemik Kampus UNJ

5 Januari 2016 menjadi tanggal yang tidak biasa bagi Ronny Setiawan, pasalnya Mahasiswa Jurusan Kimia Angkatan 2011 yang juga selaku Ketua BEM UNJ ini menerima surat pemberhentian sebagai Mahasiswa UNJ. Berdasarkan informasi yang kami dapatkan dari lini online halaman tempo.co, putusan Rektor ini diduga ditengarai oleh tudingan kepada Ronny yang melakukan tindakan berbasis teknologi dan penghasutan. Ia dinilai juga telah menyampaikan surat kepada Rektor UNJ yang bernada ancaman.


source http://kampusunj.com

Berdasarkan sumber tempo.co, kronologi singkat kasusnya bermula dari unjuk rasa mahasiswa FMIPA terkait penolakan pemindahan Gedung FMIPA dari kampus B ke kampus A karena fasilitas penunjang akademik dan organisasi yang belum memadai. Unjuk rasa tersebut juga diikuti oleh kritikan pedas akun menggunakan nama anonim kepada pihak Rektor.

Sontak situasi menjadi semakin panas, melalui situs change.org, muncul petisi untuk Rektor, Kemenristekdikti, Komisi X DPR RI, Komnas HAM RI yang meminta supaya SK DO Ronny dicabut. Hingga tak berlangsung lama, kemudian kebijakan kampus menjadi berubah, tepat tanggal 6 Januari SK DO Ronny dicabut. Melalui mediasi antara Ronny, Ikatan Alumni IKJ dan Rektorat akhirnya terjadi rekonsiliasi konflik. Ketiganya sepakat untuk berdialog secara kekeluargaan, menyelesaikan persoalan lewat musyawarah dan mufakat dan mengajak seluruh komponen akademik UNJ untuk kembali menciptakan suasana kondusif.

Sebagai mahasiswa tentunya kita memiliki tanggung jawab moral untuk menyuarakan kebenaran. Namun tentu saja, dengan mempertimbangkan etika atau dampak baik buruknya. Hal inilah barangkali yang perlu untuk kita kaji secara lebih mendalam. Tentu wajib hukumnya bagi kita untuk melek politik, melek dengan kondisi sekitar masyarakat kita mengingat memang banyak sekali masalah yang melingkupi, tak hanya dalam sektor pendidikan atau politik saja, melainkan juga dalam aspek hukum, ekonomi, dan lainnya. Namun melek saja tidak cukup, kita perlu bergerak dengan pertimbangan. Khususnya bagi mahasiswa psikologi, sudah waktunya bagi kita peduli dan memahami kondisi psikologis masyarakat secara lebih luas. Belajar dari kasus Ronny Setiawan, mari kita suarakan yang benar dengan mengindahkan dampak baik dan dampak buruknya. Pemuda, Mari kita bergegas, negeri ini haus akan karya dan kontribusimu!

Ditulis oleh Esti Rizkyati Widodo

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih, kami akan segera memberi tanggapan pada komentar anda.