Viewers

"The mind is like an iceberg, it floats with one-seventh of its bulk above water." ~ Sigmund Freud

Senin, 04 April 2016

Pengaruh Faktor Lingkungan pada Perkembangan dan Perilaku Anak

Pernahkah anda mendengar beberapa tempat lokalisasi yang kini telah dibubarkan? Sepertinya memang tidak banyak, tetapi jika Anda telusuri lebih lanjut mungkin akan menemukan lebih banyak. Tetapi yang akan saya bahas disini bukanlah prostitusinya, mucikari atau pekerjaanya. Disini saya akan sedikit mengulas fenomena yang cukup miris. Beberapa waktu lalu, saya mendapat informasi dari teman saya yang waktu itu iseng menuju suatu tempat prostitusi, Ia pergi dengan beberapa temannya. Saya tidak begitu memikirkan mengapa mereka pergi ke tempat tersebut. Tapi, ada satu informasi yang membuat saya cukup terperengah waktu itu. Teman saya mengatakan bahwa beberapa pekerja seksual sudah memiliki anak dan yang lebih mengherankan lagi adalah mereka membawa anaknya ke tempat mereka melayani pelanggan. Terkadang anak mereka dititipkan kepada temannya atau jika tidak dititipkan, maka mereka akan membawa anaknya ketempat dimana Ia melakukan hubungan intim dengan pelanggan. Saya bisa membayangkan kalau anak tersebut akan merasa ketakutan berada ditempat yang gelap, tidak nyaman, dan melihat ibunya berteriak seperti kesakitan. Gusti… apa yang salah dengan hidup anak itu. Saya begitu terkaget mendengar hal itu. Jika Anda bertanya kepada Sang Ibu, mungkin Sang Ibu akan memberikan jawaban sederhana “Kalau saya tidak bekerja, siapa yang akan menghidupi anak saya?”. Yaaa mungkin begitulah kurang lebih. Sekali lagi saya tidak akan menulis tentang mereka-mereka yang memilih bekerja seperti itu. Jadi mari kita berpindah fokus.
Saya lebih penasaran tentang bagaimana dengan perkembangan anak itu, apa yang akan dilakukan setelah dewasa? Menjadi seperti ibunya kah? Bersekolah tinggi kemudian menjadi sukses dimasyarakat kah? Saya sendiri pun tidak tahu. Tapi, ada satu teori belajar yang sedikit memberi angan-angan bagaimana anak tersebut akan tumbuh. Teori Modeling Bandura. Modeling adalah proses belajar dengan pemberian informasi, contohnya perilaku orang dewasa yang dilihat oleh anak-anak secara berulang, film yang ditonton anak dan lainnya. Dalam teori ini terdapat tiga tahap yaitu :
  1. Proses Atensional: proses memperhatikan apa yang dilihatnya
  2. Proses Retensional: proses mengingat atau menyimpan suatu informasi, dalam hal ini terdapat dua cara yakni imajinatif dan verbal. Jika seorang individu menggunakan cara imajinatif maka informasi itu akan disimpan dengan gambaran apa yang telah dialami model (orang yang dilihatnya), sedangkan verbal adalah menyimpan informasi tersebut dengan kode.
  3. Behavioral Production Process: proses yang terakhir dimana individu akan mempresentasikan apa yang sudah ia pelajari kedalam bentuk tindakan.
Dari sedikit ulasan teori belajar diatas mungkin anda sudah bisa menyimpulkan sendiri apa yang saya maksud. Hal ini juga tidaklah mudah bagi anak tersebut karena ia berada dilingkungan seperti itu. Tapi, mari kita tidak hanya terfokus pada anak itu, cobalah lihat apa yang ditonton oleh anak-anak disekitar anda? Apa yang mereka jadikan hiburan ketika orang tuanya sibuk? Tidaklah sedikit tontonan yang tidak pantas untuk anak-anak. Bukan hanya tontonan televisi saja, tapi perilaku orang tua di depan anaknya. Perilaku-perilaku yang kurang baik secara tidak sadar telah dicontohkan kepada anaknya. Baiknya orang tua pandai mengatur strategi dan menjelaskan kepada anak mana tontonan yang benar untuk mereka dan berusaha memberi contoh perilaku yang baik didepan anaknya. Ingat pepatah bahwa “buah jatuh tidak jauh dari pohonnya”. Mungkin pepatah ini ada benarnya karena anak akan meniru dari hasil belajarnya, dari siapa lagi anak mendapatkan informasi atau belajar perilaku jika tidak dari orang dekatnya? Memang orang tua memiliki andil yang lebih besar dari orang lain, tapi kita juga harus memperhatikan lingkungan sekitarnya seperti orang yang mengasuh, teman di sekolah dan yang lainnya. Tujuan ditulisnya artikel ini adalah supaya kita sadar bahwa anak tidak sepenuhnya salah jika ia berperilaku buruk. Oleh karena itu, untuk siapa pun yang membaca artikel ini diharapkan lebih peduli kepada penerus bangsa kita kelak. Terima kasih.

Ditulis oleh Bilqis Dusturia

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih, kami akan segera memberi tanggapan pada komentar anda.