Tahukah kalian Sonya Depari?
Remaja asal Medan ini mendadak populer karena videonya menjadi viral di dunia
maya karena ia mengaku sebagai anak Deputi BNN Irjen Pol Arman Depari.
Pengakuan itu dilontarkan saat ia marah-marah kepada seorang polwan yang
menghentikan konvoi seusai Ujian Nasional.
Namun hal itu dibantah oleh Irjen
Pol Arman Depari. Beliau mengatakan bahwa ia tidak memiliki seorang putri namun
tiga orang putra yang berada di Jakarta. Sontak hal ini menjadi perhatian
publik terutama Netizen. Mereka langsung menyerbu akun Instragram dara cantik
itu dan mengomentari foto – foto di akunnya. Sayangnya, komentar – komentar
yang dilontarkan netizen padanya banyak berisi makian.
Pemberitaan bertubi – tubi serta
caci maki yang ia terima di media sosial membuat Sonya trauma. Bahkan ayah
Sonya jatuh sakit akibat pemberitaan tersebut. Hingga pada Kamis pagi
(7/4/2016), Ayah Sonya dikabarkan meninggal dunia karena stroke.
Tak sedikit orang yang akhirnya
berempati atas kejadian ini namun masih banyak pula orang yang mencaci Sonya
seakan – akan apa yang terjadi pada Sonya saat itu ialah karma yang ia terima.
Hal ini menjadi pro kontra di media sosial. Banyak pihak yang merasa prihatin
dengan apa yang terjadi seolah – olah banyak netizen yang kehilangan rasa
kemanusiaanya pada Sonya.
Sonya merupakan satu dari banyak
korban yang mengalami Cyberbullying. Cyberbullying ialah sebuah perilaku
mengintimidasi, mengejek, menghina, bahkan hacking
terhadap seseorang di dunia maya. Fenomena ini banyak bermunculan seiring
berkembangnya teknologi informasi dan dapat berujung pada tindakan bunuh diri
korban. Cyberbullying sangat mudah dilakukan karena pelaku tidak perlu
berhadapan langsung dengan korban. Sayangnya saat ini belum ada data statistik
yang konkret mengenai cyberbullying
di Indonesia karena korban jarang melaporkan pada pihak berwajib.
Lalu kenapa cyberbullying ini bisa terjadi ? Siapa pelakunya?
Pengguna Internet di Indonesia
meningkat drastis setiap tahunnya. Menurut Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet
Indonesia (APJII) saat ini ada 88.1 juta pengguna Internet di Indonesia
menandakan bahwa sekitar 34.9% warga negara Indonesia sudah dapat mengakses
Internet. Sebanyak 49% pengguna Internet di indonesia berkisar antara usia 18
hingga 25 tahun dan sebanyak 87.4% menggunakan Internet untuk mengakses media
sosial. Mayoritas pengguna mengakses Internet di rumah.
Dari data diatas bisa disimpulkan
bahwa mayoritas pengguna media sosial merupakan remaja hingga dewasa awal. Pada
masa tersebut, peran teman sebaya merupakan aspek yang penting didalam kehidupan
remaja. Hubungan remaja dengan teman sebayanya menjadi sebuah indikator
bagaimana kompetensi sosialnya. Seseorang yang memiliki kompetensi sosial yang
tinggi cenderung untuk menghindari perilaku yang tidak diterima secara sosial. Karena
itulah mereka jarang melakukan tindakan – tindakan yang merugikan orang lain
(Mertens, 2010). Sedangkan pelaku bullying
diyakini memiliki kompetensi sosial yang rendah karena perilaku mereka (Crick
& Dodge, 1994: Sutton, dkk, 1999 dalam Mertens, 2010). Namun masih ada
korelasi antara cyberbullying dengan
orang yang memiliki kompetensi sosial yang cukup. Ini menandakan bahwa masih
ada faktor lain yang menyebabkan seseorang melakukan cyberbullying.
Faktor – faktor yang dapat
menjadi pertimbangan pelaku melakukan cyberbullying
adalah motivasi, kepribadian, dan pergaulan sosial. Menurut faktor motivasi,
ada lima tipe pelaku cyberbullying
berdasarkan motivasinya yaitu; Malaikat Pembalas Dendam (The Vengeful Angel), Si Haus Kekuasaan dan Pembalasan Si Aneh (The Power Hungry and Revenge of The Nerds),
Gadis Jahat (Mean Girls), serta Si Tidak
Sengaja (The Inadvertent) (Aftab 2008,
dalam Fegenbush & Olivier, 2009).
Menurut faktor kepribadian,
pelaku bullying memiliki memiliki
kepribadian yang suka menguasai dan mengendalikan pihak lain, mudah curiga,
suka bermusuhan dan kurang memiliki kepedulian terhadap pihak lain. Selain itu,
pelaku bullying cenderung sulit untuk
mengekspresikan dan merasakan kehangatan, mudah mengalami gejolak emosi serta
sulit untuk bersikap sesuai dengan aturan (Hertinjung, dkk, 2012).
Pergaulan sosial juga menjadi
faktor cyberbullying. Hubungan
seseorang dengan teman sebaya dan
orang tua juga dapat menjadi penyebab kenapa remaja melakukan cyberbullying. Karena remaja cenderung ingin diperhatikan dan
mendapatkan pengakuan dari teman – temannya, ia akan melakukan berbagai cara.
Salah satu cara yang dapat dia lakukan untuk mendapatkan pengakuan itu adalah
dengan cara agresi dan sifat antagonistik lainnya. Orang tua juga sebagai salah
satu faktor yang penting dalam pencegahan cyberbullying
baik pada pelaku maupun korban.
Meninjau maraknya perilaku bullying dan khususnya cyberbullying yang dilakukan oleh para
remaja dan memperhatikan dampak negatif yang ditimbulkan, alangkah baiknya bila
kita sebagai mahasiswa dapat menularkan semangat yang positif agar adik-adik
kita dapat menggunakan waktunya dengan bijak untuk melakukan kegiatan yang
bermanfaat, misalnya dengan aktif mengikuti kegiatan sosial, menyalurkan minat
dan hobi secara positif, beribadah, atau membaca buku ke perpustakaan dan masih
banyak lagi. Mari kita tumbuhkan daya kritis semenjak remaja dengan
mengondisikan diri dan adik-adik kita dengan aktifitas positif, karena kalau
bukan kita siapa lagi?
Ditulis oleh Ahmad Fauzan